Selasa, 30 Maret 2010

Komitmen Bangun Gedung Olahraga Bertaraf Internasional; Pasangan dr Sofyan Tan-Nelly Armayanti Silaturahmi ke Harian Analisa

Medan, (Analisa)
Pasangan Calon Walikota dan Wakil Walikota Medan periode 2010-2015, dr Sofyan Tan-Nelly Armayanti, SP MSP berkomitmen membangun gedung olahraga bertaraf internasional sehingga bisa menjadi kebanggaan warga Medan.

"Saya akan memprioritaskan membangun gedung olahraga bertaraf internasional. Ini impian jika saya berhasil menjadi Walikota Medan," kata calon walikota Medan, dr Sofyan Tan didampingi wakilnya, Nelly Armayanti, SP MSP ketika bersilaturahmi ke Harian Analisa Medan, Selasa (30/3).
Silaturahmi diterima Pemimpin Umum Harian Analisa, Supandi Kusuma didampingi pemimpin perusahaan, Sujito Sukirman, Sekretaris Redaksi, War Djamil, dan Redaktur Kota, H Hermansjah, SE.

Dalam kesempatan itu, pasangan Sofyan Tan-Nelly Armayanti didampingi Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Medan, Hendri John Hutagalung, SE, SH, Ketua Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Sumut, Eddy Djuandi, Ketua PSMTI Kota Medan, Karya Elli, anggota DPRD Kota Medan, Hasyim SE, dan Sekretaris Tim Pemenangan Fakker Bustami, SH dan rombongan lainnya.

Sofyan Tan menjelaskan, selama ini gedung olahraga yang bisa dijadikan kebanggaan kota Medan belum ada. "Kami merasa tertantang karena sejumlah olahraga di Medan sudah memiliki prestasi internasional seperti Wushu. Bahkan memiliki tempat latihan yang dikagumi banyak orang dan dibangun swasta, tentu pemerintah akan malu tidak mampu membangun yang lebih bagus," katanya.

Dia juga menyampaikan visi yang sederhana ingin membangun Kota Medan yang tertata sejahtera, manusiawi, dan modern.
Tertata artinya agar kotaMedan memiliki ruang publik yang jelas, seperti punya taman yang jelas, punya lapangan olahraga yang jelas, karena rakyat butuh ruang-ruang terbuka karena butuh tempat rekreasi.

Sejahtera, rakyat bisa sejahtera apabila SDM mantap. Tetapi harus tahu, katanya masyarakat banyak yang miskin untuk bisa menikmati pendidikan yang merupakan barang yang mahal. Dia berjanji akan menyelenggarakan pendidikan gratis tidak hanya 9 tahun tapi menjadi 12 tahun, memberikan 2000 beasiswa untuk mahasiswa agar bisa melanjutkan kuliah ketika tidak ada memiliki dana dan memberikan beasiswa kepada 200 orang untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang magister (S2).
Spesialis bangunan

Untuk pendidikan di daerah Medan Tembung akan dibangun SMK yang spesialis bangunan dan di daerah Medan Utara dibangun sekolah yang spesialis di bidang industri serta menjadi Medan Utara menjadi kota satelit.

Di bidang kesehatan, memberikan pengobatan gratis, kepada fakirmiskin dengan memberikan ID card yang jelas.

Pengalamannya sebagai doktor ingin memberikan satu identitas yang jelas agar rakyat tidak kesusahan ketika berobat.
Sedangkan masalah KTP, Sofyan Tan akan menyelenggarakan pelayanan secara keliling sebagaimana dilakukan kepolisian melalui SIM keliling.

Dia akan menyediakan 21 mobil keliling yang akan melayani pengurusan KTP di seluruh kota Medan. "Pelayaan publik, tidak hanya surat KK, KTP tapi juga izin usaha,izin agar pengusaha memiliki identitas yang jelas. Usaha kecil di mobil mengurusn ya. Sedangkan usaha besar melalui internet, dan nanti ditunjuk bank dan persyarata sebagainya.

Sementara Wakilnya, Nelly Armayanti, SP MSP menambahkan bahwa dirinya dan Sofyan Tan memiliki nilai plus yakni sebagian program telah dibuat dan dilaksanakan. "Jika selama ini di luar pemerintah, maka ketika duduk akan dimasukkan ke dalam pemerintah," katanya.

Sementara, Ketua DPC PDI Perjuangan, Hendri John Hutagalung, SE, SH mengatakan PDI Perjuangan merupakan salah satu partai yang lengkap dan nasionalis. Di DPRD Medan dan DPRD Sumut, ada perwakilan dari warga Tionghoa Hasyim dan Brilian Muktar. "Kalau legislatif sudah ada kita coba eksekutif, dan ini kesempatan belum tentu datang dua kali, untuk mari kita dukung.

Sementara Ketua PSMTI Sumut,Eddy Djuandi mengaku dukungannya yang diberikan bukan karena dilihat dari Tionghoanya tapi karena pemikiran yang benar dan nasionalis, dan sebagian visinya telah dikerjakan secara nyata seperti di bidang pendidikan membantu anak-anak yang tidak mampu dengan cara subsidi silang.

Masalah Kelistrikan
Silaturahmi tampak berlangsung penuh keakraban. Dalam kesempatan itu, Pemimpin Umum Harian Analisa, Supandi Kusuma memberikan sejumlah saran di antaranya masalah listrik, bandara udara, gedung olahraga dan kehidupan rakyat miskin kota.

Dia menyarankan, masalah listrik harus menjadi prioritas utama bagi siapa saja yang akan memimpin Kota Medan. Menurutnya, tanpa listrik maka suatu daerah tidak akan maju. Selama ini, katanya listrik sering padam sehingga rakyat menderita. Namun, kini sudah mulai berangsur-angsur pulih. Tapi, katanya rakyat tetap berdoa, yakni berdoa agar tidak padam lagi.

Sedangkan masalah gedung olahraga yang representatif. Dia berharap segera terwujud karena atlit sudah berprestasi di tingkat internasional dan ini patut disyukuri,

"Kalau ada gedung olahraga yangbagus, kota Medan bisa menjadi tempat pariwisata," kata tokoh pers yang juga tokoh olahraga di Sumatera Utara ini.

Dia menceritakan ketika ada kejuaraan Wushu di Bali, datang 44 negara. Selain itu, pada 2013 akan ada event Kejuaraan dunia Senior Wushu, dan akan dihadiri 70 negara. Makanya, kalau ada gedung olahraga yang sanggup dan bagus di Medan akan digelar di Medan karena event ini sudah mendapat dukungan Menpora, KONI Pusat dan IWUF.

Mendengar saran tersebut, Sofyan Tan berjanji untuk listrik KIM akan dilayani oleh pembangkit sendiri karena sebagian besar listrik di Kota Medan disedot KIM. (maf)

MEMBANGUN MEDAN YANG TERTATA. SEJAHTERA DAN MODERN


Kota Medan yang dibangun oleh Pemerintah Hindia Belanda, sejak awal dikembangkan dengan konsep the green city (atau kota hijau). Tidaklah mengherankan jika nama-nama jalan di kota Medan banyak mempergunakan nama buah-buahan dan pepohonan seperti jalan Mangga, Manggis, Langsat, Mahoni, Jati dan lain sebagainya.

Menurut Bachtiar Hazan Miraza, tanaman buah-buahan dan pepohonan itu bahkan ditanam di pinggir jalan atau di halaman rumah penduduk. Semuanya berpengaruh pada semakin hijaunya dan semakin teduhnya kota Medan pada saat itu. Pohon mahoni, pohon kecapi dan pohon keras lainnya juga ditanam dijalan jalan di tengah kota. Pohon mahoni ditanam disepanjang jalan menuju ke pelabuhan Belawan yang panjangnya 25 km dari pusat kota.

Pengembangan kota Medan sebagai kota hijau, tidak terlepas dari sejarah kelahiran kota tersebut yang semula oleh kaum pengusaha perkebunan Eropa, dijadikan sarana untuk tempat peristirahatan, sekaligus kota perdagangan. Rintisan pengembangan Kota Medan itu sendiri, yang oleh orang-orang Eropa dulu dijuluki sebagai ‘Paris van Sumatera” Hindia Belanda, dimulai tahun 1862 ketika seorang pengusaha Belanda, Jacob Nienhuys mengetahui manfaat dari tanah-tanah gunung berapi yang sangat subur untuk usaha perkebunan tembakau. Nienhuys mendesak Sultan Deli agar memberi konsesi penyewaan tanah-tanah tersebut untuk diusahakan sebagai perkebunan tembakau. Ternyata tembakau Deli yang dipakai untuk cerutu dengan cepat menjadi terkenal keseluruh dunia sejak akhir abad ke 19 hingga sekarang.

Selain berhasil menjadikan Deli sebagai daerah perkebunan tembakau, karet dan kelapa sawit, konglomerasi pengusaha Belanda juga berhasil membangun jaringan kereta api yang menghubungkan Langkat, Deli dan Serdang, sebuah jaringan telegram, pelabuhan, irigasi, sarana air bersih dan sekolah-sekolah. Pada abad 19, Medan sudah menjelma sebagai kota perdagangan dan industri perkebunan terkemuka untuk zamannya.
Warisan-warisan kolonialisme konglomerasi ekonomi Belanda, sampai saat ini masih bisa dikenali. Misalnya bangunan-bangunan stasiun kereta api (Deli Spoorweg Maats-cappij), gedung Balaikota, Gedung Bank Indonesia, Kantor Pos Besar, Gedung PT Lonsum (london Sumatera), Hotel Dharma Deli dan Gedung PT Lloyd.

Kisah keemasan ekspor tembakau Deli boleh dibilang seperti sudah tutup layar. Sejumlah lahan perkebunan tembakau di kawasan Kota Medan sudah beralih fungsi menjadi kawasan perumahan, bisnis dan peruntukan lainnya. Sedikit sekali yang tersisa, kecuali lahan-lahan perkebunan yang secara administratif tergabung dalam wilayah Kabupaten Deli Serdang. Kota Medan dalam perkembangannya menjadi kawasan yang miskin dengan hasil-hasil sumber daya alam. Kota ini, terutama, menghidupi diri dari jasa perdagangan dan perhotelan serta industri.

Transformasi ekonomi perkebunan ke ekonomi modern, sebenarnya sudah dimulai sejak dekade 1980-an. Kala itu ekonomi Indonesia memperoleh rezeki nomplok dari naiknya harga minyak mentah di pasar dunia. Imbasnya terasa sampai ke Sumatera Utara, khususnya Medan. Hadirnya industri sumpit, pakaian, makanan, gelas, hingga kimia, berbarengan dengan tumbuhnya pusat perbelanjaan, bank swasta, hotel, perbengkelan, dan lain-lain, telah membuka peluang tumbuhnya ekonomi perkotaan Medan.

Sejalan dengan itu, perkembangan kota Medan sebagai kota industri, perdagangan dan jasa, juga tidak terlepas dari posisi geografis yang strategis. Sebagaimana diketahui, kota Medan di sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka, di mana di Kecamatan Medan Belawan terdapat Pelabuhan Laut Belawan yang merupakan pintu gerbang pengangkutan barang dari Pulau Jawa ke Sumatera dan sebaliknya. Sedangkan di bagian barat terdapat Bandara Internasional Polonia.

Posisi ini menjadikan Medan berkembang sebagai pintu gerbang perdagangan barang dan jasa domestik maupun internasional. Lewat Bandara Polonia, kota Medan memiliki hubungan langsung dengan Penang (Malaysia), Kualalumpur (Malaysia), Ipoh (Malaysia), Langkawi, Singapura sementara penerbangan di dalam negeri dari Medan mempunyai frekuensi tinggi khususnya dengan ibukota negara Jakarta, Denpasar (Bali) dan beberapa tujuan lain di pulau-pulau bagian barat Indonesia. Dewasa ini, Medan juga sudah mempunyai penerbangan langsung dari Medan ke Korea Selatan dan sebaliknya.

Dominannya sektor perdangan dan industri dalam mengisi struktur ekonomi Medan bertahan hingga sekarang. Hal ini misalnya tercermin dari perbandingan peranan dan kontribusi antar lapangan usaha terhadap PDRB pada kondisi harga berlaku tahun 2005-2007, yang menunjukkan bahwa pada 2005, sektor tertier memberikan sumbangan sebesar 70,03 pesen, sektor sekunder sebesar 26,91 pesen dan sektor primer sebesar 3,06 persen. Lapangan usaha dominan yaitu perdagangan, hotel dan restoran menyumbang sebesar 26,34 persen, sub sektor transportasi dan telekomunikasi sebesar 18,65 persen dan sub sektor industri pengolahan sebesar 16,58 persen.

Kontribusi tersebut tidak mengalami perubahan berarti bila dibandingkan dengan kondisi tahun 2006. Sektor tertier memberikan sumbangan sebesar 68,70 persen, sekunder sebesar 28,37 pesen dan primer sebesar 2,93 persen. Masing masing lapangan usaha yang dominan yaitu perdagangan, hotel dan restoran sebesar 25,98 persen, sektor transportasi dan telekomunikasi sebesar 18,65 persen, industri jasa pengolahan sebesar 16,58 persen dan jasa keuangan 13,41 persen.

Demikian juga pad a tahun 2007, sektor tertier mendominasi perekonomian Kota Medan, yaitu sebesar 69,21 persen, disusul sektor sekunder sebesar 27,93 persen dan sektor primer sebesar 2,86 persen. Masing-masing lapangan usaha yang dominan memberikan kontribusi sebesar 25,44 persen dari lapangan usaha perdagangan/hotel/restoran, lapangan usaha transportasil telekomunikasi sebesar 19,02 persen dan lapangan usaha industri pengolahan sebesar 16,28 persen. (BERSAMBUNG)

Senin, 29 Maret 2010

Pasangan No 10 Sofyan Tan-Nelly Armayanti Berkunjung ke Harian SIB, Sektor UKM di Medan Jadi Prioritas dengan Pembenahan 56 Pasar Tradisional

Medan (SIB)
Sektor usaha kecil menengah (UKM) atau kalangan pelaku bisnis ekonomi lemah (Ekolem) lainnya, akan dijadikan prioritas utama bila kandidat calon walikota Medan dokter Sofyan Tan, bersama calon wakilnya Nelly Armayanti SP MSP, nantinya terpilih dan duduk sebagai walikota dan wakil walikota periode 2010-2015 dalam Pilkada Kota Medan 12 Mei mendatang.

“Kalau rakyat kota Medan nanti memilih kami (dalam Pilkada Kota Medan) dan menang untuk duduk memimpin kota ini, hal pertama yang akan kami kerjakan adalah membenahi sektor UKM, antara lain membangun dan menata 56 pasar-pasar tradisional di seputar kota Medan. Ini merupakan komitmen kebijakan terpadu pemerintah kota untuk mengatasi masalah pengangguran, khususnya membuka lapangan kerja dan menjamin hak berusaha bagi warga kota itu sendiri, sehingga bisa dihindari tindakan gusur menggusur,” papar Sofyan Tan kepada SIB di Medan, Senin (29/3).

Dia mengutarakan hal itu dalam kunjungan audiensinya ke kantor Harian SIB Medan, yang diterima Sekretaris Redaksi Manapar VT Manullang (mewakili Pemimpin Umum/Pemred DR GM Panggabean) bersama Kepala Divisi Ekonomi & Bisnis Drs Ads Franse Sihombing dan wartawan Wilfried Sinaga SH. Sofyan Tan bersama Nelly Armayanti disertai tim-nya: Kaman Ginting, Takkel Boestami GSH dan Arifin. Di sela-sela audiensi, Sofyan yang diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Partai Damai Sejahtera (PDS) Kota Medan itu, menegaskan Harian SIB merupakan media yang pertama mereka kunjungi menjelang Pilkada Kota Medan 2010.

Selain memperkenalkan diri lebih dekat dengan presentasi profil sebagai calon walikota bersama pasangannya Nelly Armayanti sebagai calon wakil walikota, pasangan No. 10 dengan motto: ‘Maju untuk Perubahan’ atau ‘Kita juga Bisa’ itu, juga memaparkan ringkasan visi-misi atau konsep kerja yang akan ditawarkan kepada masyarakat Kota Medan selaku para calon pemilihnya. Sementara Budiman Nadapdap dari PDIP yang merupakan kordinator Tim Sukses pasangan itu.

Beberapa konsep yang ditawarkan itu adalah tindak rayonisasi sektor pendidikan dengan mendirikan sekolah-sekolah kejuruan atau khusus di wilayah atau kawasan yang berpotensi spesifik. Dia mencontohkan kawasan Medan Utara yang sarat dengan sektor industri, idealnya harus dominan dengan pembangunan sekolah kejuruan bidang industri atau semacamnya. Sehingga, kelak kawasan itu kemudian cepat berkembang sebagai kawasan atau kota satelit, yang perkembangannya akan setara dengan kondisi kota yang baru mekar tanpa harus pemekaran.

Konsep lainnya adalah tindak mengatasi kemacetan lalu lintas yang sejalan dengan penataan ulang sistem parkir kendaraan di seputar kota Medan. Misalnya, dengan upaya memfungsikan kembali rel-rel kereta api yang ada di seputar kota untuk mengoperasikan kembali armada kereta api lokal lintas dalam kota Medan. Sofyan yang juga Ketua Yayasan Ekosistem Lestari (YEL) itu mencontohkan, hanya dengan Rp 2.000-Rp 3.000 untuk ongkos naik kereta api, warga kota Medan sudah bisa menempuh berbagai tujuan yang terintegrasi di seputar kota Medan, sementara kalau naik armada angkutan kota (Angkot) selama ini, warga harus mengeluarkan rata-rata Rp 9.000 per hari karena harus menempuh jarak dengan rata-rata tiga kali ganti armada angkutan.

“Dari aspek sosial, bisa saja hal ini akan mengundang konflik bila terjadi semacam protes kalangan operator atau pengusaha angkutan kota. Tapi dengan pola sosialisasi terpadu kita akan tegaskan bahwa tindakan ini bukan untuk mematikan lahan atau bisnis angkutan, melainkan untuk tidak menambahi armada yang sudah ada. Jadi, kemacetan dengan padatnya armada bisa dihindari, masalah parkir teratasi dan kebutuhan masyarakat akan jasa angkutan yang integral juga akan terpenuhi. Soal potensi konflik yang selalu muncul bila ada kebijakan baru, itu kan hal biasa.

Hal terpenting kan bagaimana kita mampu mengatasi (managemen) konflik itu selaku pimpinan. Tapi yang jelas, dalam setiap menetapkan kebijakan saya, atau kami (dengan pasangannya-Red.) akan memastikan untuk tidak terjebak atau terlibat dalam segala bentuk praktek korupsi, termasuk dalam pembenahan 56 pasar tradisional yang berpotensi memperoleh pendapatan asli daerah (PAD) antara Rp 600 miliar hingga Rp 800 miliar per tahun nantinya. Lagi pula, di antara 10 pasang kandidat calon walikota dan wakil walikota 2010-2015 ini, saya satu-satunya calon yang tak punya famili di kalangan polisi atau KPK dsb. Sehingga kalau ada apa-apa atau korupsi, saya pasti langsung digari” katanya sembari memperagakan kedua tangannya berdempet (bagai diborgol).

Pasangan nomor 10 mengusung delapan konsep untuk mewujudkan Kota Medan yang tertata, Manusiawi, Sejahtera dan Modern, yaitu: (1) Pembangunan kota yang berkelanjutan yang berorientasi sosial dan berpihak pada kaum miskin (misalnya pengadaan taman bermain anak-anak, dsb). (2). Penyediaan lapangan kerja dan berusaha bagi warga kota. (3). Jalinan dan jaminan akses warga kota ke sumber pembiayaan ekonomi. (4). Pendidikan dan kesehatan yang terjangkau kaum ekonomi lemah. (5). Kesetaraan gender dalam pembangunan dan pemerintahan kota. (6). Pelibatan warga dalam pembangunan kota. (7). Pelayanan publik (KTP, Askes dsb) yang mudah, murah dan cepat, dan (8). Tata pemerintahan yang bersih, transparan, akuntabel dan bebas kolusi-korupsi-nepotisme (KKN). (M9/d)

PSMTI Dukung Duet Sofyan Tan – Nelly Armayanti Demi Perubahan Kota Medan


Ada guyon segar di kalangan aktivis masyarakat Tionghoa Medan.

“Dari zaman Adam Malik sampai Adam Air jatuh, belum pernah ada walikota Medan dari etnis Tionghoa,”ujar Sukiran, SH, sang empunya humor, yang juga Dosen di Fakultas Hukum Universitas Dharmawangsa Medan. Guyon kocak itu ditanggapi gelak tawa puluhan relawan Tionghoa. Mereka berasal dari Paguyuban Sosial Marga Tionghoa (PSMTI), dan organisasi pemuda di bawahnya.

Namun Sukiran buru-buru menambahkan. “Tak berarti kami chauvinistik, itu semata karena selama 30-an tahun, sangat sedikit orang Tionghoa yang terjun ke politik, apalagi jadi walikota Medan,”tambah pria yang memiliki tahi lalat di pipinya itu dengan senyum simpul.

Sore itu (Minggu, 29/3), para aktivis Tionghoa itu baru saja usai melakukan penandatangan Pakta Politik dengan pasangan calon walikota – wakil walikota dr. Sofyan Tan – Nelly Armayanti, MSP. Tak lagi nampak raut ketegangan di wajah mereka. Kantor PSMTI Medan di Jalan Mustafa penuh sesak. Di dinding ruang tamu, terlihat foto KH. Hasyim Ashari, pendiri NU, KH Wahid Hasyim (Menteri Agama, Ayahnda Gus Dur), dan Abdurrahman Wahid sendiri. Ada juga foto Jendral (Purn) Teddy Jusuf, Ketua Umum PSMTI.

“Masyarakat Tionghoa memang sangat menghargai jasa-jasa Gus Dur karena telah memberikan hak kami di bidang budaya dan agama, karena itu foto beliau bersama Ayahanda dan Kakeknya, kami pasang di ruang kantor PSMTI,”ujar Karya Elly, Ketua PSMTI Medan yang mengkoordinir acara. Tokoh lain yang terlihat yaitu, Eddy Juandi, Ketua PSMTI Sumut, Halim Loe, juga Sukiran, SH, dosen yang juga sekaligus pengacara. Terlihat juga Anthony Tjandra, seorang wiraswasta. Dari kalangan anak muda hadir Hally Luis, Ketua Ikatan Pemuda (IP) PSMTI Sumut, dan Sugirto, Ketua IP PSMTI Medan, serta puluhan relawan lain.

Sikap Politik PSMTI: Dukung Pasangan dr. Sofya Tan – Nelly Armayanti, MSP
Sore itu, PSMTI dan ormas pemuda di bawahnya memang baru saja membuat sejarah politik di Medan. Raut muka Eddy Juandi, Ketua PSMTI Sumut, sudah mulai berkurang kerut-kerutnya di keningnya. Posisinya sebagai ketua ormas Tionghoa di Sumut, memang sering disalahpahami banyak pihak.

Ia memberi satu contoh kecil. Suatu hari, seorang wartawan menelponnya, menanyakan apakah dirinya mengenal seorang calon walikota. Sebagai tokoh masyarakat yang kerap diundang ke berbagai hajatan, tentu ia mengenal tokoh bersangkutan.

“Tapi jawaban itu ditafsirkan seolah Pak Eddy memberi dukungan sang calon,”tambah Karya Ellly, Ketua PSMTI Medan. Akibatnya ratusan SMS membanjiri handphonenya. Bukan sekali hal seperti itu terjadi. Pada Pemilu Legislatif lalu, ia kerap diundang menghadiri pertemuan-peremuan yang diadakan seorang caleg. Demi membangun tali silaturahmi, ia tak menampik undangan itu. Namun esok hari, muncul berita bahwa ia mendukung caleg bersangkutan.

“Karena itu, daripada kerap mengundang salah paham, maka PSMTI kemudian melakukan penandatangan Pakta Politik dengan pasangan dr. Sofyan Tan dan Nelly Armayanti,”tegas Karya Elly lagi. Mereka mengistilahkan, warna PSMTI kini telah terang benderang, tak lagi abu-abu. Semua itu, semata karena desakan dari arus bawah yang tak mungkin dibendung. Kepada para pengurus PSMTI, mereka bingung, sebagian bahkan resah. Siapa sebenarnya calon walikota yang didukung organisasinya?
Nah, ada juga alasan lain masuk akal.

“PDI Perjuangan dan Partai Damai Sejahtera itu partai besar. Mereka sudah beri dukungan ke Sofyan Tan, masa kita sebagai orang Tionghoa malah tak mendukungnya?”ungkap Anthony Tjandra. Ia mengaku tak habis pikir jika ada masyarakat Tionghoa yang tak memberi dukungan ke Sofyan Tan. Namun jangan salah paham dulu. Karya Elly menegaskan bahwa dukungan PSTI kepada Sofyan Tan diberikan bukan karena mereka sama-sama etnis Tionghoa. Tapi lebih karena figur Sofyan Tan yang telah mempunyai karya nyata untuk masyarakat.

Melalui Penelisikan Jajak Rekam

Ia lalu menjelaskan. Selama 20-an tahun, Sofyan Tan dikenal sangat berpihak kepada masyarakat marjinal. Terutama mereka yang menjadi korban diskriminasi. Dan mereka yang dibela tak kenal latar belakang suku atau agamanya. Sofyan juga tokoh muda yang dikenal gigih membela pelaku UKM, termasuk Pedagang Kaki Lima (PKL). Selain itu, kiprahnya sebagai pendidik dengan memiliki ribuan anak asuh, menunjukkan tanggungjawabnya dalam memajukan SD bangsa.

“Bayangkan, negara nggak pernah memaksa Sofyan Tan untuk punya anak asuh, tapi ia sudah mengerjakannya. Apalagi kalau sudah jadi walikota nanti,”beber Sukiran lagi. Ia haqul yakin Sofyan Tan tidak akan membiarkan ada warga Medan tak bersekolah. Di lapangan sosial, kepedulian sosialnya juga sudah teruji. Kegiatan seperti pengobatan gratis, pembuatan WC dan MCK untuk masyarakat Belawan, bantuan kaki palsu, donor darah, serta bantuan untuk mereka yang tertimpa musibah kebakaran, atau gempa bumi, kerap dilakukannya. Ia juga sering menyantuni kaum duafa ke panti-panti sosial.
Sedangkan pasangannya, Nelly Armayanti, MSP, juga dikenal sebagai pejabat yang bersih dan mumpuni ketika memimpin KPUD Medan perode 2003-2008.

“Selain itu, Ibu Nelly juga merupakan tokoh perempuan yang tahan banting dan memiliki pengalaman politik,”tambah Karya Elly. Semua rekam jajak itu telah ditelisik PSMTI. Oleh Dewan Penasehat dan Kehormatan PSMTI, rekam jajak itu kemudian ditimbang-timbang, sebelum akhirnya melahirkan kesepakatan “Pakta Politik”, yang kemudian ditawarkan kepada pasangan Sofyan Tan – Nelly Armayanti.

Begitulah sekilas kisah “pernikahan politik” yang terjadi antara PSMTI dengan pasangan nomer 10 tersebut.

Untuk Perubahan Kota Medan
Sebagai konsekuensi karena telah memberi dukungan politik kepada pasangan Sofyan Tan – Nelly Armayanti, Eddy Juandi, Karya Elly, Anthony Tjhandra, Sukiran, Halim Loe, mengaku telah dan akan terus bekerja keras mensosialisasikan visi-misi pasangan yang mereka dukung agar sampai ke bawah. Mereka juga akan menggalang massa di bawah agar jangan sampai golput. Eddy Juandi berpesan kepada KPUD Medan agar warga yang belum terdaftar, dapat menggunakan hak pilih mereka cukup dengan menunjukkan identitas KTP mereka.

“PNS juga saya harapkan dapat bersikap netral,”tambahnya.
Sebagai relawan, militansi mereka memang patut diacungi jempol. Walau secara fisik lelah, namun semangat mereka tetap terjaga. Komplain isteri dan anak-anak, sudah tak terbilang lagi.

“Saya sudah meninggalkan isteri dan anak-anak di Jakarta kurang lebih sebulan. Mereka malah gabung ke Medan dalam satu dua hari lagi,”tutur Karya Elly. Sukiran mengaku baru saja dicemberuti anaknya nomer kedua. Rupanya waktu hari ulang tahun anaknya, eh, ia malah justru tengah melakukan konsolidasi dengan aktivis Tionghoa di tempat lain. Namun semua itu dianggap sebagai suka-duka sebagai tim relawan. Pun dalam soal hepeng. Mereka umumnya mengeluarkan dari kantong masing-masing.

“Hemat saya, semua itu bisa kami kerjakan karena kami memang merindukan perubahan Kota Medan agar lebih baik lagi, termasuk rindu perubahan pemimpinnya. Masa dari dulu yang itu-itu juga!”tambah Halim Luis, yang baru saja menyelesaikan kuliahnya. Walaaah, sip kalau begitu!

Sumber: Medan Bisnis, 30 Maret 2010

PSMTI TANDA TANGANI PAKTA POLITIK DENGAN PASANGAN SOFYAN TAN - NELLY ARMAYANTI


Pendahuluan
Pemilihan Walikota – Wakil Walkota Medan 2010-2015 merupakan mekanisme demokratis untuk memilih pimpinan eksekutif tertinggi di Pemerintahan Kota Medan. Sebagaimana diketahui, pada Rabu, 12 Mei 2010, masyarakat Medan yang punya hak plih, akan menjatuhkan pilihan mereka kepada salah satu pasangan dari 10 pasangan calon yang telah ditetapkan KPU Medan.

Dalam pandangan Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Sumut, jabatan Walikota – Wakil Walikota Medan, merupakan salah satu faktor yang akan menentukan sukses tidaknya proses pembangunan Kota Medan lima tahun ke depan. Oleh karena itu dalam pandangan PSMTI Sumut, masyarakat Medan, mutlak harus memiliki pengetahuan tentang rekam jajak kiprah pasangan calon walikota – wakil walikota, khususnya kiprah mereka sebelum mencalonkan diri dalam Pilkada Medan.

PSMTI, sebagai organisasi sosial yang memiliki anggota di 12 kecamatan di Kota Medan, telah menelisik secara kritis, kiprah pasangan dr. Sofyan Tan – Nelly Armayanti, MSP. Temuan-temuan PSMTI Sumut adalah sebagai berikut

1. Kiprah dr. Sofyan Tan selama 20-an tahun lebih secara jelas menunjukkan keberpihakannya untuk selalu melindungi masyarakat tanpa mengenal perbedaan etnis, suku, ras dan agama. Sofyan Tan dikenal sebagai tokoh muda pembauran, dan sangat anti diskriminasi dalam segala bidang kehidupan;
2. Dr. Sofyan Tan juga merupakan tokoh pendidikan, yang mampu mensinergikan antara siswa dari keluarga miskin dengan mereka yang berada, dalam sebuah lembaga pendidikan modern, yang sangat menghormati keberagaman dan religiusitas. Karena itu di sekolahnya, rumah ibadah (mesjid, gereja dan vihara) dibangun lengkap untuk siswa-siswi, guru, dan stafnya;
3. Dr. Sofyan Tan juga dikenal giat mengembangkan ekonomi usaha kecil dan menengah (UKM), selain dikenal memimpin lembaga yang bergerak dalam pelestarian lingkungan;
4. Kepedulian sosial dr. Sofyan Tan terhadap mereka yang marjinal dan tengah menderita kesusahan, juga sudah teruji lewat kegiatan sosial yang dilakukan seperti pengobatan gratis (bekerjasama dengan Lions Club, Rotary Club dsb), pemberian beasiswa untuk anak-anak dari keluarga tidak mampu (memiliki anak asuh sebanyak 1.700 orang), dsb.
5. Sedangkan Ir. Nelly Armayanti, MSP, juga kam kenal sebagai Mantan Ketua KPUD Medan 2003-2008 yang bersih, dan dikenal sangat peduli untuk memperjuangkan kesetaraan gender.

Temuan-temaun di atas, membuat PSMTI Sumut MEMUTUSKAN MELAKUKAN PENANDATANGAN PAKTA POLITIK DENGAN PASANGAN DR. SOFYAN TAN – IR. NELLY ARMAYANTI, MSP SEBAGAI CALON WALIKOTA-WAKIL WALIKOTA YANG DIAJUKAN PDI PERJUANGAN DAN PARTAI DAMA SEJAHTERA (PDS).
Untuk itu jika terpilih sebagai Walikota – Wakil Walikota Medan periode 2010-2015, maka pasangan dr. Sofyan Tan – Nelly Armayanti, MSP harus:

1. Menjamin akan menjalankan tugasnya sebagai Walikota-Wakil Walikota dimana segala kebijakan yang dibuat bersama legislatif, menaungi seluruh kepentingan masyarakat Medan tanpa membeda-bedakan etnis, suku dan agama;
2. Menjalankan pemerintahan yang tranpasaran, bersih, bebas dari korupsi dan dapat dipertanggungjawaban ke masyarakat;
3. Menjalankan pemerintah yang partisipatif, dengan mengajak masyarakat dan melibatkan mereka mulai dari proses perencanaan, perumusan, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban.

Sebagai konsekuensi atas dukungan yang kami berikan, maka dengan segala kemampuan yang ada, PSMTI Medan akan mengajak seluruh komponen masyarakat Medan, untuk memenangkan pasangan dr. Sofyan Tan – Ir. Nellu Armayanti pada tanggal 12 Mei 2010.

Medan, 28 Maret 2010

Ditandatangani oleh:.

Eddy Juandi (Ketua PSMTI Sumut_
Karya Elly (Ketua PSMTI Medan)
Halim Lius (Ketua IP PSMTI Sumut)
Sugirto (Ketua IP PSMTI Medan)

Dengan

dr. Sofyan Tan

DOA RESTU USKUP AGUNG MEDAN UNTUK DR. SOFYAN TAN


Meski menganut agama budha sejak lahir, dr.Sofyan Tan, calon Walikota Medan dari PDI Perjuangan dan Partai Dama Sejahtera (PDS), ternyata sudah lama memiliki kedekatan dengan agama Katolik. Isterinya, Elinar, yang dinikahi sejak 1985, ternyata berasal dari keluarga Katolik.

Hal iytu terungkap ketika dr.Sofyan Tan melakukan kunjungan ke Keuskupan Agung Medan di Jalan Imam Bonjol, Sabtu (20/3). Sofyan Tan datang secara khusus untuk meminta restu dan doa dari uskup Agung Medan Mgr.DR.A.B. Sinaga, OFM Cap mengatakan. Menurut Sofyan Tan, doa dan restu dari pemimpin Umat Katolik tertinggi di Medan itu sangat diperlukan. Ia percaya bahwa segala sesuatu yang dikerjakan umat manusia jika diawali dengan doa, maka segalanya dapat berjalan dengan baik, dan sesuai dengan kehendak Tuhan.

“Pilkada Kota Medan itu diikuti oleh beragam etnis dan agama, bukan hanya masyarakat Tionghoa atau mereka yang memeluk agama Budhha, karena menyangkut seluruh warga kota yang berbeda-beda, maka saya mengharapkan memperoleh doa restu, dukungan serta berkat yang diberikan Uskup Agung,”katanya. Sofyan Tan percaya akan keampuhan doa. Baginya, doa yang tulus dan diajukan dengan niat baik, bisa menjadi payung yang melindungi segala pekerjaan yang ia lakukan dalam Pilkada Medan.

Sofyan Tan menambahkan bahwa warga masyarakat yang berasal dari kalangan minoritas, kerap membuatnya tidak memperoleh pelayanan publik sesuai kebutuhan. Kualitas pelayanan publik yang diterima pun kerap berbeda dengan warga lainnya. Diskriminasi seperti itu menurutnya tidak benar, dan harus segera diakhiri. Ia berjanji jika kelak terpilih sebagai walikota Medan, ia berkomitmen untuk memberikan pelayanan yang memuaskan seluruh masyarakat tanpa membeda-bedakan suku dan agamanya. Kabinet pemerintah di Pemko Medan pun akan dibuat secara pelangi.

“Pemerintahan yang pelangi, sudah menjadi komitmen saya dan calon wakil saya ketika kami memutuskan untuk maju,”tambahnya. Karena itu, Sofyan mengaku membutuhkan masukan-masukan dari kelompok masyarakat tentang profil pejabat di Pemko Medan yang nantinya layak menduduki sebuah jabatan, semata karena faktor kompetensi, bukan nepotisme kesukuan atau agama. Selain itu, ia juga berjnaji tidak akan mentolreir praktek-praktek sogokan atau upeti dalam pencalonan sebagai PNS.

Sementara itu, Uskup Agung Medan Mgr. DR. A.B. Sinaga, OFM Cap mengatakan, perkenalannya dengan Sofyan Tan bukan baru dijalin ketika Sofyan Tan datang meminta doa sebagai calon Walikota Medan. Uskup Agung mengaku bahwa pertemanannya dengan Sofyan Tan sudah terjalin ketika bencana tsunami menghantam Nanggroe Aceh Darusalam dan Nias. Dan menurut Uskup Agung, hal itu sudah menjadikan Sofyan Tan sebagai publik figure.

“Kiprah Sofyan Tan di bidang Sosial kemanusiaan yang dia kerjakan jauh sebelum pencalonannya sebagai walikota sudah menjadikannya sebagai public figure. Dan jabatan walikota Medan hanya salah satu alternatif lain untuk mengkokohkan statusnya sebagai figure. Karena itu, kami akan menyampaikan doa khusus sebagai doa restu untuk Sofyan Tan”, ujar Uskup Agung.

Uskup Agung Mgr. DR.A.B Sinaga OFM Cap secara khusus mengharapkan calon walikota Medan yang akan datang bisa membawa kesejahteraan bersama dalam arti bonom commune, serta membawa kerukunan yang lebih substansial karena masih adanya friksi-friksi.

“Pemimpin kota Medan yang akan datang hendaknya bisa membawa kerukunan yang lebih nyata. Karena saat ini masih ada perpecahan yang cukup besar di masyarakat, dan ini bisa dilihat dari masih adanya pembakaran gereja dan penodaan mesjid”, harap Uskup Agung.

Moderator organisasi katolik dibawah naungan Uskup Agung Medan Pastor Baru Alamsyah yang ikut hadir dalam pertemuan menambahkan, masyarakat katolik tentunya akan memilih calon pemimpin yang terbaik. Dan untuk mengetahui siapa yang terbaik tentunya bisa dilihat dari komunikasi yang dilakukan.

“Tak kenal maka tak sayang, pepatah ini lah yang sangat cocok menggambarkan cara kita untuk mengetahui siapa yang layak memimpin kota Medan mendatang. Dan bagi kami, komunikasi yang bersifat kekeluargaan seperti ini tentunya menjadi salah satu cara untuk mengetahui hal itu”, ujar pastor Baru Alamsyah.

Sebelumnya, Sofyan Tan juga menandatangani PAKTA POLITIK dengan lima organisasi masyarakat Katolik, yakni PMKRI, WKRI, Pemuda Katolik, ISKA dan Forkama. Delphius Ginting dari PMKRI mengatakan, pakta politik ini merupakan bentuk dukungan terhadap Sofyan Tan yang mereka nilai memiliki visi dan misi yang jelas dalam membangun kota Medan terutama dalam upayanya menghapuskan diskriminasi terhadap kelompok minoritas.

Sumber: Sinar Indonesia Baru, Edisi Minggu, 28 Maret 2010

Sabtu, 27 Maret 2010

Diawali pekikan “Horas”, ratusan masyarakat Mandala menyambut calon walikota Medan periode 2010-2015 No urut 10 Dr Sofyan Tan.

Medan (SIB)
Diawali pekikan “Horas”, ratusan masyarakat Mandala menyambut calon walikota Medan periode 2010-2015 No urut 10 Dr Sofyan Tan. Dengan wajah sumringah, Sofyan Tan menyalami warga tersebut sambil mengucapkan kata Horas. Pertemuan itu digelar di Jalan Tangguk Bongkar VII Mandala Medan, Sabtu (27/3).

Pada pertemuan tersebut, warga mengharapkan bila Sofyan Tan terpilih jadi Walikota Medan agar tetap memperhatikan masyarakat kecil dan miskin. Jangan hanya mengumbar janji-janji saja tanpa ada realisasi.

M Sihombing salah seorang warga mengatakan, masyarakat Mandala khususnya peternak babi sangat menginginkan mereka bisa tetap tinggal di Mandala, tapi lingkungannya ditata dengan baik dan adanya pembuangan limbah ternak. Limbah ternak yang sudah dikeringkan menjadi pupuk kiranya dapat dipasarkan.

Menanggapi pernyataan warga tersebut, Sofyan Tan mengatakan membangun bukan harus dengan menggusur tapi bagaimana pembangunan itu berjalan dengan baik tanpa penggusuran.

Tentang permintaan warga tersebut Sofyan Tan akan mengkaji lebih lanjut, tapi bila harus relokasi masyarakat juga bersedia asal tidak terlalu jauh dari kota Medan.
Calon walikota nasionalis, tokoh muda yang energik tersebut menambahkan, setelah ia mengunjungi masyarakat miskin di berbagai sudut kota Medan hatinya sangat terenyuh. Masyarakat itu pekerja yang gigih tapi tetap miskin. Hal itu diakibatkan karena tingginya biaya pendidikan dan kesehatan. Karena itu bila ia terpilih maka biaya pendidikan dan kesehatan akan digratiskan.

Sebagai pelayan masyarakat, Sofyan Tan akan lebih mendekatkan diri kepada masyarakat. Misalnya dalam hal pengurusan surat-surat seperti KTP, KK, surat izin usaha dan lainnya, dapat diurus melalui mobil berjalan yang datang ke setiap sudut kota. Urusan masyarakat tidak boleh berbelit-belit, katanya.

Sofyan Tan yang getol mencerdaskan anak bangsa, juga mengharapkan warga membentuk forum. Melalui forum itu warga dapat mendiskusikan apa yang perlu dibangun di daerahnya, dan melalui forum tersebut dapat mengkritisi kinerja aparatur pemerintahan.

Sementara itu, DR (HC) Toga Sianturi Ketua DPW PDS (Partai Damai Sejahtera) Sumut sebagai partai pendukung Sofyan Tan, menerangkan track record Sofyan Tan yang jujur, dari keluarga ekonomi lemah (miskin) namun karena keuletan ia menjadi berhasil, terpilih atau tidak ia tetap hidup bersih dan tak mau menodai.

Karena Sofyan Tan masih ditunggu warga di daerah lain, ia pun harus pamit dengan warga Mandala. Pertemuan itu terasa singkat, namun warga merasa puas karena sudah menemukan calon pemimpin yang peduli dengan masyrakat miskin.

Di akhir pertemuan, masyarakat Mandala mangulosi Sofyan Tan. M Sihombing seorang warga sebelum menyematkan ulos tersebut mengatakan, semoga Sofyan Tan terpilih jadi Walikota Medan dan bila terpilih jangan lupa memperhatikan masyarakat. Kiranya Tuhan memberikan kebijaksanaan, kearifan kepada Sofyan Tan, katanya. (Pr4/u)

Kamis, 25 Maret 2010

Warga Pinggiran Rel Kereta Butuh Kepastian


Warga pemukiman padat penduduk di sepanjang rel kereta api membutuhkan kepastian akan tempat tinggal mereka. Sebab belasan tahun berdomisili tetap tidak mendapatkan fasilitas dan kenyamanan dari pemerintah daerah.

Calon Wali Kota Medan nomor urut 10 Sofyan Tan mengatakan warga pinggiran rel kereta api bukan penduduk illegal. Tapi resmi memiliki Kartu Keluarga (KK), Kartu Tanda Penduduk (KTP), punya hak pilih dalam setiap ajang pemilu dan telah menetap selama belasan tahun. Karena itu sudah sepantasnya mendapatkan fasilitas dan kenyamanan.

“Ratusan keluarga di sepanjang rel kereta api hidup dalam ketidakpastian. Mereka tak pernah bisa dapat air bersih dan selalu khawatir suatu saat akan menjadi korban penggusuran,” kata Sofyan Tan saat bersilaturahmi dengan warga pinggiran rel kereta api di Kecamatan Medan Petisah, kemarin.

Sofyan Tan yang berpasangan dengan Nelly Armayanti ini menegaskan, belum saatnya warga yang bermukim dipinggiran rel kereta api digusur. Karena pemerintah belum mampu menyediakan lahan relokasi yang lebih baik dari tempat mereka sekarang.

Karena itu akan lebih baik warga difasilitasi air bersi dari PDAM Tirtanadi yang selama ini enggan mendistribusikannya karena lahan yang tak jelas. Tapi menurutnya hal itu tidak dapat dijadikan alasan. Mengingat warga juga membayar sewa rumah selama menetap.

“Jadi sebagai warga Kota Medan yang diakui harusnya mereka juga diberikan kenyamanan,” ujarnya.

Jika hal itu telah terpenuhi, maka dicarikan solusi lainnya seperti relokasi yang layak. Karena warga sesungguhnya tidak punya pilihan untuk tidak menetap di pinggiran rel kereta api. “Tanya saja ke mereka pasti tidak satu pun yang mau tinggal di sini kalau ada tempat yang lebih baik. Karena mereka tidak merasa aman menetap di pinggir rel,” katanya.

Ibu Boru Sinaga warga pinggiran rel kereta api yang mengaku sudah 11 tahun menetap mengakui kalau dirinya tak punya pilihan. Kalau ada yang lebih baik tentu dirinya bersedia pindah.

Ketakutan tetap membayanginya setiap kali ada kebijakan pemerintah untuk menata kota. Sebab biasanya penataan selalu diikuti dengan penggusuran. Dia berharap wali kota terpilih tidak hanya sekedar janji. Warga pinggiran rel punya hak suara dalam setiap pemilihan, jangan sampai usai memberikan suara justru mereka yang tergusur.

Sumber: SINDO(m rinaldi khair)

Ada Izin Usaha Keliling di Kota Medan!



Oleh: dr. Sofyan Tan

Mengurus perpanjangan SIM kendaraan di Kota Medan kini tak perlu pusing lagi. Sudah ada Samsat Corner di Sun Plaza dan Medan Plaza Fair. Walau antri, namun bebas calo atau pungli. Bebas juga bau badan karena suasana cornernya wangi, sejuk dan penuh senyum keramahan petugas. Pokoknya nyamanlah. Ada juga pelayanan perpanjangan SIM secara mobile. Alatnya ya mobil, yang berpindah dari satu lokasi ke lokasi lain. Inilah bentuk reformasi pelayanan publik yang ciamik dari institusi kepolisian!

Karena ciamik, patut untuk ditiru!

Saya membayangkan, senyum pelaku UKM (Usaha Kecil, dan Menengah ke Bawah) akan terkembang jika SKPD yang membidangi perizinan usaha, juga melakukan hal yang sama. Membuat pelayanan izin usaha keliling. Jemput bola euy! Apa mungkin?

Dalam mimpi, semuanya serba mungkin. Tapi ini mimpi yang mendekati kenyataan. Modal utamanya hanya kemauan untuk memberikan pelayanan publik yang terbaik. Reformasi pelayanan publik euy! Sedang modal materialnya, cuma sebuah mobil lengkap dengan petugas dan peralatan komputer yang online ke masing-masing SKPD. Tentu mobil tersebut dilengkapi juga AC untuk menjaga agar peralatan komputer tidak lekas rusak.
Kenapa perlu ada pelayanan izin usaha keliling?

Pertama tentu saja soal jarak geografis. Antara satu kota atau daerah di Medan dengan Kantor SKPD, cukup lumayan jaraknya. Memang bisa dijembatani angkot atau becak. Tapi tentu saja butuh biaya. Bagi pelaku UKM, ini beban. Di sisi lain, menjalankan bisnis harian juga ibarat ikan yang menyatu dengan air. Jika bisa, waktu untuk mengutus izin sesedikit mungkin agar tak mengganggu kelancaran bisnis. Ikan, kalau terlama lama tak dapat air, tentu bisa terancam nyawanya.

Kedua, inti utama otonomi daerah adalah mendekatkan pelayanan publik kepada rakyat. Nah, pelayanan izin usaha keliling, tentu bagian dari upaya untuk memangkas birokrasi izin usaha agar makin ramping. Makin ramah terhadap pelaku UKM. Dengan adanya mobil pelayanan izin usaha keliling, pelaku UKM tak perlu lagi repot-repot datang ke Kantor SKPD di kota.

Mereka cukup mengisi formulir izin usaha yang dibutuhkan, di tempat di mana mobil tersebut tengah mengadakan pelayanan. Agar tak membingungkan pelaku UKM, maka persyaratan peroleh izin usaha, harus dibuat transparan. Termasuk besarnya biaya, dan waktu penyelesaiannya. Kalau mau efektif, seluruh persyaratan itu dicetak di brosur, dan dibagikan kepada pelaku UKM. Termasuk penunjukkan tempat pembayaran, yang sebaiknya dikerjasamakan SKPD dengan lembaga perbankan.

Jadi, pelaku UKM, tak perlu repot-repot membayar ke Kantor SKPD jika izin usahanya diterbitkan. Mereka cukup membayar di bank di daerah di mana mereka tinggal! Jika reformasi kebijakan seperti ini dijalankan, niscaya pelaku UKM akan berbondong-bondong mengurus berbagai izin usaha mereka.

Mereka sebenarnya sudah lama tahu bahwa legalitas usaha penting. Pertama agar tak dikejar-kejar petugas trantib. Kedua, agar kegiatan bisnis berjalan lancar, terutama karena ada pihak-pihak yang sering mempersyaratkan legalitas usaha, terutama jika pelaku UKM bermitra dengan pelaku usaha besar. Ketiga, mereka juga sadar bahwa legalitas usaha berpengaruh terhadap akses mereka ke lembaga perbankan!

Yang jadi masalah, pelaku UKM kerap menghadapi pungli sewaktu mengurus izin usaha. Pungli uang, juga pungli waktu! Nah, dengan ada mobil pelayanan izin usaha keliling, diharapkan pelaku UKM tak lagi berhadapan dengan rezim pungli! Ada Izin Usaha Keliling di Kota Medan!

Sumber: Harian WASPADA

MERENUNGI POLITIK !

Oleh: Dr. Sofyan Tan

“Selamat pagi Pak Sofyan Tan. Maaf saya mengganggu dengan sms subuh-subuh. Nama saya S Tan, seorang pengusaha. Tadi malam saya membeli buku biografi Anda dan langsung saya baca habis sampai dengan jam 04.30 WIB. Luar biasa perjalanan hidup Anda. Setelah membaca, saya merasa belum melakukan apa-apa, walau saya pun merasa sudah cukup menghargai semua staf perusahaan dan tidak hanya business oriented.

Tapi yang sudah saya kerjakan hanyalah 1 titik kecil dibandingkan Anda. Sebelumnya saya pernah aktif di yayasan, dimana saya memimpikan kehidupan manusia yang saling menghargai tanpa melihat materi.Tapi saya kecewa dan sudah 5 ytahun saya menutup diri karena saya anggap semua yayasan hanya basa-basi politik saja.Pesta makan lebih penting daripada kepedulian yang nyata.

Mungkin cara saya salah, tapi saya pikir dengan memilih gokus membangun perusahaan, itu juga termasuk saya care dengan dan sosial terhadap staf sayua dan kluarganya. ItuLAH scope kecil saya dalam bersosial. Bagaimanapun, saya sangat salut terhadap nilai mulia Anda. Tapi seperti juga teman Anda, Regina Frey dan Fred Hehuwat, saya sangat khawatir dengan obsesi politik Anda. Menurut saya, Anda tidak perlu membuktikan apa-apa lagi karena Anda sudah menjadi negatawan. Sebaiknya Anda memilih jalan seperti Mahatma Gandhi yang tetap independen. Menurut saya politik malah akan membuat Anda terkontaminasi walau iman Anda kuat…….

Tercenung saya membaca sms tersebut. Sebelumnya, Taufan Damanik, dosen FISIP USU Medan, dalam sebuah kesempatan juga pernah berkata hampir senada. Suatu waktu ketika mengajar di kampusnya, ia meminta mahasiswanya untuk menilai komunikasi politik yang dilakukan tokoh-tokoh yang tengah mewacanakan sebagai calon walikota Medan. Basis penilaiannya adalah pemberitaan media massa. Dari Taufan, saya dinilai sebagai tokoh yang lebih memerankan diri sebagai aktivis sosial dibanding aktivis politik. Intinya, mahasiswanya mengatakan: “Sayang kalau orang baik seperti Sofyan Tan terjun ke politik. Ia sangat tidak cocok!”

Memperbanyak “Mutiara”Sedemikian jahatkah dunia politik di negara kita sehingga “orang baik” tidak usah masuk ke dalamnya?

Perasaan seperti ini, awalnya juga sempat menghantui saya sebelum bergabung dengan sebuah partai politik. Tapi saya percaya, bahwa dunia politik tidaklah selalu seburuk seperti yang dibayangkan orang. Ibarat pepatah, di tengah kubangan lumpur hitam, selalu ada seberkas mutiara yang bersinar terang.

Memang jumlah “mutiara” itu minoritas. Namun justru karena minoritas, maka harus diupayakan menjadi mayoritas. Saya percaya bahwa banyak generasi muda di negara ini yang punya idealisme. Punya pemikiran brilian. Punya kiprah sosial yang hebat, plus punya kepedulian agar negara ini bisa memakmurkan dan mensejahterakan rakyatnya.
Anak-anak muda ini ibarat kelapa hibrida, kualitasnya luar biasa. Bidang karya mereka juga beragam. Misalnya pengirim sms yang saya kutip isinya di atas. Persoalannya dimana keberadaan anak-anak muda itu saat ini?

Saya membuat perumpaan sederhana. Jika politik kita ibaratkan ring tinju, anak-anak muda itu ada di luar ring pertarungan. Petinju yang bertarung adalah pemain-pemain lama. Kalaupun baru, mereka telah melakukan “operasi plastik”, juga operasi “gigi dan mulut”. Mungkin ini sarkas.

Tapi begitulah pandangan saya. Perubahan nasib rakyat ke arah kehidupan yang lebih baik, memang bisa dilakukan dari luar “ring tinju”. Ketidakadilan Prita bisa dilawan dengan mengumpulkan “koin untuk Prita”, atau “satu miliatr untuk bocah kecil Bilqis” yang harus dioperasi karena kelainan empedu). Dari luar ring tinju, jika warga bersatu memang bisa mengubah keadaan.

Namun rasanya, sesuatu yang memaslahatkan hajat hidup orang banyak juga bisa datang melalui sebuah kebijakan pemerintah yang bernas. Sebuah kebijakan yang pro rakyat. Tapi darimana sumber munculnya kebijakan yang pro rakyat?

Saya punya kepercayaan bahwa hal itu hanya bisa lahir dari anak-anak muda yang penuh idealisme. Anak-anak muda yang belum dikotori oleh nafsu korupsi. Karena itu pertarungan harus dikawal dari luar dan dari dalam “ring tinju”! Saya punya kepercayaan bahwa hal itu hanya bisa lahir dari anak-anak muda yang penuh idealisme. Anak-anak muda yang belum dikotori oleh nafsu korupsi. Ya, merekalah "mutiara-mutiara" terpendam yang perlu ditampilkan. Namun, itu tidak berarti bahwa semua harus masuk ke politik. Menurut saya, pertarungan harus dikawal dari luar dan dari dalam “ring tinju”!

Salam Kenal


Blog ini diabdikan kepada masyarakat, terutama para calon pemilih dalam Pilkada Medan 2010, untuk lebih mengenali sosok, pikiran dan kiprah pasangan calon dr. Sofyan Tan - Nelly Armayanti, MSP, yang dicalonkan PDI Perjuangan dan Partai Dama Sejahtera (PDS).

Dengan mengenali sosok, pikiran dan kiprah mereka, masyarakat Medan yang memiliki hak pilih dan hendak menggunakan hak pilih mereka, diharapkan dapat menjatuhkan pilihan mereka secara rasional. Blog ini mengundang partisipasi Anda untuk memberikan komentar, atau opini terkait kedua pasangan tersebut.

Salam,

Gunawan Ong