Senin, 29 Maret 2010

DOA RESTU USKUP AGUNG MEDAN UNTUK DR. SOFYAN TAN


Meski menganut agama budha sejak lahir, dr.Sofyan Tan, calon Walikota Medan dari PDI Perjuangan dan Partai Dama Sejahtera (PDS), ternyata sudah lama memiliki kedekatan dengan agama Katolik. Isterinya, Elinar, yang dinikahi sejak 1985, ternyata berasal dari keluarga Katolik.

Hal iytu terungkap ketika dr.Sofyan Tan melakukan kunjungan ke Keuskupan Agung Medan di Jalan Imam Bonjol, Sabtu (20/3). Sofyan Tan datang secara khusus untuk meminta restu dan doa dari uskup Agung Medan Mgr.DR.A.B. Sinaga, OFM Cap mengatakan. Menurut Sofyan Tan, doa dan restu dari pemimpin Umat Katolik tertinggi di Medan itu sangat diperlukan. Ia percaya bahwa segala sesuatu yang dikerjakan umat manusia jika diawali dengan doa, maka segalanya dapat berjalan dengan baik, dan sesuai dengan kehendak Tuhan.

“Pilkada Kota Medan itu diikuti oleh beragam etnis dan agama, bukan hanya masyarakat Tionghoa atau mereka yang memeluk agama Budhha, karena menyangkut seluruh warga kota yang berbeda-beda, maka saya mengharapkan memperoleh doa restu, dukungan serta berkat yang diberikan Uskup Agung,”katanya. Sofyan Tan percaya akan keampuhan doa. Baginya, doa yang tulus dan diajukan dengan niat baik, bisa menjadi payung yang melindungi segala pekerjaan yang ia lakukan dalam Pilkada Medan.

Sofyan Tan menambahkan bahwa warga masyarakat yang berasal dari kalangan minoritas, kerap membuatnya tidak memperoleh pelayanan publik sesuai kebutuhan. Kualitas pelayanan publik yang diterima pun kerap berbeda dengan warga lainnya. Diskriminasi seperti itu menurutnya tidak benar, dan harus segera diakhiri. Ia berjanji jika kelak terpilih sebagai walikota Medan, ia berkomitmen untuk memberikan pelayanan yang memuaskan seluruh masyarakat tanpa membeda-bedakan suku dan agamanya. Kabinet pemerintah di Pemko Medan pun akan dibuat secara pelangi.

“Pemerintahan yang pelangi, sudah menjadi komitmen saya dan calon wakil saya ketika kami memutuskan untuk maju,”tambahnya. Karena itu, Sofyan mengaku membutuhkan masukan-masukan dari kelompok masyarakat tentang profil pejabat di Pemko Medan yang nantinya layak menduduki sebuah jabatan, semata karena faktor kompetensi, bukan nepotisme kesukuan atau agama. Selain itu, ia juga berjnaji tidak akan mentolreir praktek-praktek sogokan atau upeti dalam pencalonan sebagai PNS.

Sementara itu, Uskup Agung Medan Mgr. DR. A.B. Sinaga, OFM Cap mengatakan, perkenalannya dengan Sofyan Tan bukan baru dijalin ketika Sofyan Tan datang meminta doa sebagai calon Walikota Medan. Uskup Agung mengaku bahwa pertemanannya dengan Sofyan Tan sudah terjalin ketika bencana tsunami menghantam Nanggroe Aceh Darusalam dan Nias. Dan menurut Uskup Agung, hal itu sudah menjadikan Sofyan Tan sebagai publik figure.

“Kiprah Sofyan Tan di bidang Sosial kemanusiaan yang dia kerjakan jauh sebelum pencalonannya sebagai walikota sudah menjadikannya sebagai public figure. Dan jabatan walikota Medan hanya salah satu alternatif lain untuk mengkokohkan statusnya sebagai figure. Karena itu, kami akan menyampaikan doa khusus sebagai doa restu untuk Sofyan Tan”, ujar Uskup Agung.

Uskup Agung Mgr. DR.A.B Sinaga OFM Cap secara khusus mengharapkan calon walikota Medan yang akan datang bisa membawa kesejahteraan bersama dalam arti bonom commune, serta membawa kerukunan yang lebih substansial karena masih adanya friksi-friksi.

“Pemimpin kota Medan yang akan datang hendaknya bisa membawa kerukunan yang lebih nyata. Karena saat ini masih ada perpecahan yang cukup besar di masyarakat, dan ini bisa dilihat dari masih adanya pembakaran gereja dan penodaan mesjid”, harap Uskup Agung.

Moderator organisasi katolik dibawah naungan Uskup Agung Medan Pastor Baru Alamsyah yang ikut hadir dalam pertemuan menambahkan, masyarakat katolik tentunya akan memilih calon pemimpin yang terbaik. Dan untuk mengetahui siapa yang terbaik tentunya bisa dilihat dari komunikasi yang dilakukan.

“Tak kenal maka tak sayang, pepatah ini lah yang sangat cocok menggambarkan cara kita untuk mengetahui siapa yang layak memimpin kota Medan mendatang. Dan bagi kami, komunikasi yang bersifat kekeluargaan seperti ini tentunya menjadi salah satu cara untuk mengetahui hal itu”, ujar pastor Baru Alamsyah.

Sebelumnya, Sofyan Tan juga menandatangani PAKTA POLITIK dengan lima organisasi masyarakat Katolik, yakni PMKRI, WKRI, Pemuda Katolik, ISKA dan Forkama. Delphius Ginting dari PMKRI mengatakan, pakta politik ini merupakan bentuk dukungan terhadap Sofyan Tan yang mereka nilai memiliki visi dan misi yang jelas dalam membangun kota Medan terutama dalam upayanya menghapuskan diskriminasi terhadap kelompok minoritas.

Sumber: Sinar Indonesia Baru, Edisi Minggu, 28 Maret 2010

Tidak ada komentar: