Kamis, 25 Maret 2010

MERENUNGI POLITIK !

Oleh: Dr. Sofyan Tan

“Selamat pagi Pak Sofyan Tan. Maaf saya mengganggu dengan sms subuh-subuh. Nama saya S Tan, seorang pengusaha. Tadi malam saya membeli buku biografi Anda dan langsung saya baca habis sampai dengan jam 04.30 WIB. Luar biasa perjalanan hidup Anda. Setelah membaca, saya merasa belum melakukan apa-apa, walau saya pun merasa sudah cukup menghargai semua staf perusahaan dan tidak hanya business oriented.

Tapi yang sudah saya kerjakan hanyalah 1 titik kecil dibandingkan Anda. Sebelumnya saya pernah aktif di yayasan, dimana saya memimpikan kehidupan manusia yang saling menghargai tanpa melihat materi.Tapi saya kecewa dan sudah 5 ytahun saya menutup diri karena saya anggap semua yayasan hanya basa-basi politik saja.Pesta makan lebih penting daripada kepedulian yang nyata.

Mungkin cara saya salah, tapi saya pikir dengan memilih gokus membangun perusahaan, itu juga termasuk saya care dengan dan sosial terhadap staf sayua dan kluarganya. ItuLAH scope kecil saya dalam bersosial. Bagaimanapun, saya sangat salut terhadap nilai mulia Anda. Tapi seperti juga teman Anda, Regina Frey dan Fred Hehuwat, saya sangat khawatir dengan obsesi politik Anda. Menurut saya, Anda tidak perlu membuktikan apa-apa lagi karena Anda sudah menjadi negatawan. Sebaiknya Anda memilih jalan seperti Mahatma Gandhi yang tetap independen. Menurut saya politik malah akan membuat Anda terkontaminasi walau iman Anda kuat…….

Tercenung saya membaca sms tersebut. Sebelumnya, Taufan Damanik, dosen FISIP USU Medan, dalam sebuah kesempatan juga pernah berkata hampir senada. Suatu waktu ketika mengajar di kampusnya, ia meminta mahasiswanya untuk menilai komunikasi politik yang dilakukan tokoh-tokoh yang tengah mewacanakan sebagai calon walikota Medan. Basis penilaiannya adalah pemberitaan media massa. Dari Taufan, saya dinilai sebagai tokoh yang lebih memerankan diri sebagai aktivis sosial dibanding aktivis politik. Intinya, mahasiswanya mengatakan: “Sayang kalau orang baik seperti Sofyan Tan terjun ke politik. Ia sangat tidak cocok!”

Memperbanyak “Mutiara”Sedemikian jahatkah dunia politik di negara kita sehingga “orang baik” tidak usah masuk ke dalamnya?

Perasaan seperti ini, awalnya juga sempat menghantui saya sebelum bergabung dengan sebuah partai politik. Tapi saya percaya, bahwa dunia politik tidaklah selalu seburuk seperti yang dibayangkan orang. Ibarat pepatah, di tengah kubangan lumpur hitam, selalu ada seberkas mutiara yang bersinar terang.

Memang jumlah “mutiara” itu minoritas. Namun justru karena minoritas, maka harus diupayakan menjadi mayoritas. Saya percaya bahwa banyak generasi muda di negara ini yang punya idealisme. Punya pemikiran brilian. Punya kiprah sosial yang hebat, plus punya kepedulian agar negara ini bisa memakmurkan dan mensejahterakan rakyatnya.
Anak-anak muda ini ibarat kelapa hibrida, kualitasnya luar biasa. Bidang karya mereka juga beragam. Misalnya pengirim sms yang saya kutip isinya di atas. Persoalannya dimana keberadaan anak-anak muda itu saat ini?

Saya membuat perumpaan sederhana. Jika politik kita ibaratkan ring tinju, anak-anak muda itu ada di luar ring pertarungan. Petinju yang bertarung adalah pemain-pemain lama. Kalaupun baru, mereka telah melakukan “operasi plastik”, juga operasi “gigi dan mulut”. Mungkin ini sarkas.

Tapi begitulah pandangan saya. Perubahan nasib rakyat ke arah kehidupan yang lebih baik, memang bisa dilakukan dari luar “ring tinju”. Ketidakadilan Prita bisa dilawan dengan mengumpulkan “koin untuk Prita”, atau “satu miliatr untuk bocah kecil Bilqis” yang harus dioperasi karena kelainan empedu). Dari luar ring tinju, jika warga bersatu memang bisa mengubah keadaan.

Namun rasanya, sesuatu yang memaslahatkan hajat hidup orang banyak juga bisa datang melalui sebuah kebijakan pemerintah yang bernas. Sebuah kebijakan yang pro rakyat. Tapi darimana sumber munculnya kebijakan yang pro rakyat?

Saya punya kepercayaan bahwa hal itu hanya bisa lahir dari anak-anak muda yang penuh idealisme. Anak-anak muda yang belum dikotori oleh nafsu korupsi. Karena itu pertarungan harus dikawal dari luar dan dari dalam “ring tinju”! Saya punya kepercayaan bahwa hal itu hanya bisa lahir dari anak-anak muda yang penuh idealisme. Anak-anak muda yang belum dikotori oleh nafsu korupsi. Ya, merekalah "mutiara-mutiara" terpendam yang perlu ditampilkan. Namun, itu tidak berarti bahwa semua harus masuk ke politik. Menurut saya, pertarungan harus dikawal dari luar dan dari dalam “ring tinju”!

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Apa yang dikatakan sdr. S Tan adalah sebuah fenomena di tengah2 masyarakat kita. Banyak tokoh2 idealis ketika terjun ke politik menjadi "terbuai dan terlena" dalam lingkaran politik. Mereka menjadi "tumpul" dan "tidak tajam" lagi menyuarakan aspirasi rakyat. Mengapa? Tapi, Pak Sofyan adalah satu dari sekian kecualinya.

Berpolitik adalah sebuah pilihan. Di luar sistem Pak Sofyan hanya dapat mengritisi tetapi tidak dapat berbuat, tetapi didalam sistem beliau dapat berbuat ( buat orang banyak) dan dikritik. Kalau beliau berhasil melewatinya, maka sempurna pengabdian Pak Sofyan di dalam mengabdi kepada Nusa dan Bangsa. Mudah2 beliau terpilih dan membuktikan bahwa apa yg dikhawatirkan sdr. S Tan adalah keliru. Maju terus Pak Sofyan dan Bu Nelly.